Kamis, 17 Maret 2011

Bantahan atas topik : KESAKSIAN CORNELIUS TACITUS



Para sejarawan masa kini telah terbiasa mengumpulkan keterangan dari kisah-kisah mengenai waktu dan tempat purbakala, meskipun orang-orang yang menulis kisah-kisah itu telah menggunakan sumber-sumber yang kurang baik, tidak saksama dalam menafsirkan atau menganalisis materi mereka, dan menyimpang dari fakta-fakta dalam laporan mereka oleh sebab prasangka yang terbentuk sebelumnya. Karena alasan ini, Tacitus "pacla umumnya dianggap sejarawan yang paling dapat dipercayai. Ia memiliki kepekaan dan imajinasi yang giat, namun tak pernah mengganggu perasaan kritis yang langka pada zamannya dan kejujuran yang tinggi dalam menyelidiki dokumen-dokumen." (AmFSLC 16)

Tacitus, yang dilahirkan sekitar tahun 52-55 M, menjadi senator di bawah pemerintahan Vespasianus. Kemudian ia memegang jabatan konsul, dan pada tahun 112-13 menjadi prokonsul atau Gubernur Asia. Dia seorang orator yang dihormati dan teman akrab Plinius Muda yang menjadi Gubernur Bitinia, sebuah propinsi yang berdekatan, sebelum Tacitus menjadi Gubernur Asia.

Ketika menulis dalam Annals sekitar tahun 116 M, Tacitus menggambarkan reaksi Kaisar Nero terhadap kebakaran besar yang melanda Roma pada tahun 64 M. Desas desus yang gigih beredar bahwa Nero sendiri yang berada dibalik kebakaran tersebut dan karena itu ia harus bertindak untuk melenyapkan cerita itu. Tacitus bercerita tentang tindakan-tindakan Nero untuk menghentikan desas-desus itu:

    Sejauh ini, tindakan-tindakan pencegahan yang diambil telah dianjurkan oleh kebijaksanaan manusia: kini dicari cara-cara untuk menenangkan para dewa, dan petunjuk diminta dari kitab-kitab Cybele; atas nasihatnya, rakyat berdoa kepada Vulcan, Ceres, Proserpina, sedangkan ibu-ibu muda mengambil hati dewi [uno, pertama di Capitol, kemudian di tempat yang terdekat di pantai laut, tempat mengambil air untuk memercik kuil dan dewi tersebut. Jamuan-jamuan ritual dan berjaga-jaga semalam suntuk dilakukan oleh wanita-wanita yang sudah menikah. Tetapi baik bantuan manusia, maupun kemurahan hati Kaisar, dan segala cara untuk menenteramkan para dewa, tidak dapat mendiamkan skandal atau menghilangkan kepercayaan bahwa kebakaran itu terjadi karena diperintahkan. Oleh karena itu, untuk membasmi desas-desus tersebut, Nero menyalahkan sebagai pelaku kebakaran itu segolongan orang, yang dibenci karena perbuatan jahat mereka. yang disebut Kristen oleh orang banyak. Nero menghukum mereka dengan kekejaman yang luar biasa. Kris tus, pendiri golongan Kristen, telah mengalami hukuman mati dalam masa pemerintahan Tiberius.' atas keputusan Gubernur Pontius Pilatus. Dengan demikian takhayul yang merusak itu dikurangi sesaat lamanya, tetapi itu timbul kembali, bukan hanya di Yudea saja, tempat asal bencana ini, tetapi di ibukota juga, di mana segala sesuatu yang mengerikan dan memalukan dalam dunia ini berkumpul dan amat digemari. Mula-mula, orang-orang yang mengaku menjadi anggota sekte itu ditangkap; berikutnya, berdasarkan pernyataan mereka, amat banyak orang dihukum, bukan karena melakukan pembakaran dengan sengaja, melainkan karena membenci manusia. Dan cemoohan menyertai ajal mereka: tubuh mereka diselubungi kulit binatang buas dan dirobek-robek oleh kawanan anjing hingga mati; atau mereka diikat di kayu salib, dan ketika waktu siang berlalu mereka dibakar untuk menjadi lampu pada malam hari. Nero telah membuka taman¬tamannya untuk tontonan ini, dan mengadakan pertunjukkan di sirkusnya, bergaul dengan orang banyak dengan mengenakan seragam pengemudi kereta perang, atau dengan menaiki keretanya. Karenanya, sekalipun kesalahan yang patut dijatuhi hukuman teladan, telah timbul perasaan kasihan, disebabkan kesan bahwa orang-orang Kristen itu dikorbankan bukan demi kesejahteraan negara, melainkan karena kegarangan satu orang.[19]


Di sini lagi, kita memiliki kesaksian tegas dari orang bukan Kristen mengenai asal-usul dan penyebaran kekristenan. Bahkan yang lebih penting, laporan Tacitus ini memberikan bukti sejarah yang kokoh bahwa orang-orang Kristen di Roma, hanya tiga puluh tahun sesudah kematian Kristus, telah dibunuh karena keyakinan mereka bahwa Yesus telah hidup, mati, dan dibangkitkan karena mereka.

Beberapa penulis telah berusaha meyerang keautentikan bagian ini, tetapi pada umumnya orang tidak bersimpati kepada penyanggahan mereka. Periksalah pendapat para ahli terkemuka di bidang sastra kuno yang menangani pokok persoalan ini (mis., Henry Furneaux, ahli sastra kuno dari Oxford dan spesialis terkemuka mengenai Tacitus), dan kesimpulannya ialah bahwa buktinya amat kokoh bahwa bagian ini telah ditulis oleh Tacitus sendiri. Hampir semua orang (termasuk Wells) mengakui bahwa gaya bahasanya sudah jelas "bahasa Latin Tacitus." Lagi pula, karena bagian ini tidak berbicara dengan baik tentang orang Kristen, tidak mungkin ada motif bagi orang lain kecuali Tacitus untuk menulis bagian tersebut.

Wells berusaha menyerang bagian ini dari sudut yang berbeda. Ia mendesak bahwa pernyataan Tacitus mengenai Yesus tidak mempunyai nilai sejarah, karena ia mungkin hanya mengulang informasi yang diperolehnya dari orang-orang Kristen itu sendiri. Karena menurut Wells kehidupan Yesus itu hanya sebuah legenda, maka orang-orang Kristen itu melaporkan kepada Tacitus sebuah legenda sebagai kenyataan bersejarah.

Wells memberikan tiga pokok sebagai bukti yang mendukung pikirannya.

Pertama, ia mengatakan bahwa Tacitus "memberi kepada Pilatus gelar 'procurator' yang umum dipakai dari paruh kedua abad pertama saja." (WeG. HE 16) Akan tetapi, apabila informasi ini berasal dari orang-orang Kristen, mengapa dalam Annals 4.5, Tacitus memanggil Lucilius Capito "procurator" ketika ia juga memegang jabatan itu sebelum pergantian nama itu? Ia juga menyebutkan kaisar "imperitante," yang bukan gelar yang tepat untuk para kaisar di masa lampau. Tacitus, sebagai senator, pasti sudah mengetahui hal ini. Namun, Tacitus memakai gelar-gelar yang dipakai pada zamannya hanya untuk menjelaskan kepada para pembaca pada zaman itu jabatan-jabatan yang dipegang oleh beberapa orang.

Kedua, Wells mengatakan bahwa jika Tacitus mendapat informasinya dari catatan-catatan resmi, ia pasti akan memanggil Yesus dengan namanya, bukan dengan gelar "Kristus." Akan tetapi, kalau Tacitus telah mengatakan "Yesus," ia akan perlu menambahkan informasi untuk menjelaskan bagaimana hubungan Yesus dengan orang-orang Kristen itu. Furneaux menandaskan bahwa "Christus," sebagai nama, adalah "nama yang cocok untuk dipakai dalam hal ini, sebagai penjelasan untuk 'Christianus.'" (FuH.A 374) Sebenarnya, apabila Tacitus telah menerima informasinya dari orang Kristen, mereka mungkin sekali akan memakai "Yesus" atau mungkin "Kristus Yesus" sebagai sebutan yang lebih akrab. Selanjutnya, Tacitus mungkin terdorong untuk memakai nama "Christus" jika sudah umum diketahui bahwa orang Yahudi memiliki "sabda Tuhan dari zaman purba bahwa akan terbit seorang Mesias penakluk." (GiE.D 1:603) Penggunaan istilah "Kristus" mungkin sekali akan menyalakan ketidaksenangan masyarakat umum terhadap orang-orang Kristen.

Ketiga, Wells menandaskan bahwa Tacitus "pasti senang untuk menerima dari orang Kristen pandangan mereka sendiri bahwa kekristenan baru saja berdiri, karena para penguasa Romawi hanya bersedia untuk bersikap menenggang terhadap kultus-kultus kuno." (WeG.HE 17) Wells sedang berusaha untuk memperlihatkan bahwa Tacitus baru saja menerima informasi dari orang Kristen bahwa Kristus mati di bawah Pontius Pilatus sementara pemerintahan Tiberius. Namun, ada banyak alasan untuk percaya bahwa Tacitus mempunyai informasi lain di samping apa yang didengarnya dari orang Kristen.

Pertama, ia membuat pernyataannya tentang kematian Kristus sebagai suatu fakta sejarah, bukan sebagai sesuatu yang dianggap benar oleh orang lain.

Kedua, seperti yang telah disebutkan dalam pasal sebelumnya, baik Yustinus'" maupun Tertullianus" menantang para pembacanya untuk membaca sendiri dokumen-dokumen sekular yang resmi yang memperkuat detail-detail tertentu mengenai kehidupan Yesus.

Ketiga, karena ia seorang senator Romawi, sudah pasti Tacitus boleh mempergunakan dokumen-dokumen terbaik yang ada di Kekaisaran Romawi pada masa itu.

Keempat, dalam Annals 4. 10, di mana Tacitus membuktikan salahnya desas-desus tertentu, ia berkata bahwa ia telah melaporkan dari "sumber-sumber yang terbanyak dan terpercaya." Di 4.57 ia berkata, "Saya telah mengikuti mayoritas sejarawan."

Kelima, Tacitus amat teliti dalam hal mencatat berbagai pertentangan dalam sumber-sumbernya. Di 15. 38 ia berbicara tentang versi-versi yang bertentangan mengenai penyebab kebakaran besar di Roma.

Keenam, Tacitus bersikap kritis ketika mengutip sumber-sumbernya. Di Annals 4. 57 ia meragukan laporan kebanyakan sejarawan. Di 15.53 ia menganggap pernyataan Plinius tidak masuk akal, dan di 13. 20 ia memperhatikan prasangka Fabius Rusticus. B. Walker mengomentari bahwa Tacitus "dengan gigih meragukan desas-desus yang bersifat umum, bahkan ketika desas-desus itu serupa dengan prasangka-prasangkanya sendiri" dan mengutip Annals 2. 68 sebagai contoh. (WaB.AT 142)

Ketujuh, Tacitus membatasi pendapatnya ketika orang lain tidak berbuat demikian.F

Kedelapan, Tacitus membedakan di antara desas-desus dan kenyataan dengan menggunakan ungkapan seperti, "Beberapa orang telah mencatat" atau "Sebagaimana umumnya dikisahkan."23 Ia juga memakai istilah-istilah seperti "Kabarnya" dan "Kata orang" ketika ia tidak ingin menjamin keterandalan suatu pernyataan." Maurice Goguel, mantan Profesor Teologi pada Universitas Paris, mencatat bahwa tidak adanya kata-kata seperti "kabarnya" di Annals 15.44 (bagian mengenai Kristus) seharusnya membuat kita percaya bahwa sumber Tacitus adalah sebuah dokumen. Ia menyatakan, "Satu hal sudah pasti, yaitu Tacitus mengetahui tentang sebuah dokumen, yang tidak ditulis oleh orang Yahudi ataupun orang Kristen, yang menghubungkan kekristenan dengan Kristus yang disalibkan oleh Pontius Pilatus." (GoMa.JN 40)

Akhirnya, sekalipun secara mandiri Tacitus sama sekali tidak membuat pernyataan tentang oknum Kristus, ia masih mencatat kenyataan bahwa pria dan wanita yang hidup tiga puluh tahun setelah Yesus disalibkan, rela untuk mati demi kepercayaan mereka bahwa Yesus telah hidup tiga puluh tahun sebelumnya. Beberapa di antara mereka, misalnya Petrus, bahkan telah mendengar, melihat, berbicara dan berjalan bersama Dia. Dan seperti yang dikatakan J. N. D. Anderson, mantan Profesor Hukum-hukum Timur pada Universitas London:

    Hampir tidak dapat dikatakan ber khayal untuk menganjurkan bahwa ketika ia menambahkan" takhayul yang merusak itu dikurangi sesaat lamanya, tetapi timbul kembali," ia tanpa sadar sedang memberi kesaksian tak langsung kepada keyakinan jemaat yang mula-mula bahwa Kristus yang telah disalibkan itu telah bangkit dari kubur. (AnJ.CTW 19)

-------------------
Catatan :
[19] Tacitus, Annals. Edisi Loeb 15. 44.

[20] Yustinus Martyr, First Apology 34. 2; 48. 3 (ditemukan di RoA.ANF. [AS]) 

[21] Tertullianus, Against Marcion 4. 7, 19 (juga ditemukan di RoA.ANF [AS])

[22]Pertimbangkanlah berbagai pernyataannya tentang kebakaran di Roma bila dibandingkan dengan karya Suetonius Life of Nero 38 dan karya Plinius Natural Histories 17.5 [AS] 

[23]Bacalah Annals of Tacitus 15. 15, 20,45,54, 64, 73 (WaB.AT). [AS] 

[24]Bacalah Annals 15. 10 dan 16 (WaB.AT). [AS]
=================================================================================


BANTAHAN :


 Memangnya apa sih yang dikemukakan didalam Annals, Cornelius Tacitus (55-120 M) ?


Apakah yang ini :


"berasal nama mereka dan asal dari Kristus, yang, pada masa pemerintahan Tiberius,telah menderita kematian oleh kalimat dari prokurator Pontius Pilatus" (Annals 15.44)

Jikalau yang ini ada dua keberatan saya yang  muncul mengenai bagian ini:



Keberatan pertama :

Apakah benar-benar Tacitus menulis ini, atau ini kemudian interpolasi Kristen?
Apakah ini benar-benar konfirmasi independen dari cerita Yesus, atau Tacitus hanyamengulang apa yang beberapa orang Kristen mengatakan kepadanya?
Beberapa sarjana percaya bagian ini mungkin merupakan interpolasi Kristen ke dalam teks. Namun, hal ini tidak jelas.





Keberatan kedua :


Adalah jauh lebih serius. Dapat dibayangkan, Tacitus mungkin hanyamengulangi apa yang diberitahu oleh orang-orang Kristen tentang Yesus. Jika demikian, maka bagian ini hanya menegaskan bahwa ada orang-orang Kristen dalamwaktu Tacitus ', dan bahwa mereka percaya bahwa Pilatus membunuh Yesus selamapemerintahan Tiberius. Hal ini tidak akan konfirmasi independen dari keberadaanYesus. Jika, di sisi lain, Tacitus menemukan informasi ini dalam catatan kekaisaran Romawi (yang ia memiliki akses) kemudian yang bisa merupakan konfirmasiindependen. Ada alasan bagus untuk meragukan bahwa Tacitus bekerja dari catatanRomawi sini, namun. Untuk satu, dia merujuk kepada Pilatus dengan judul yang salah(Pilatus adalah seorang Prefek, bukan prokurator ). Kedua, ia merujuk kepada Yesusoleh "Christos" title agama. Catatan Romawi tidak akan menyebut Yesus dengan judulKristen, tetapi mungkin dengan nama yang diberikan. Dengan demikian, ada alasanyang sangat baik untuk menduga bahwa Tacitus hanyalah mengulang apa yangdikatakan orang Kristen tentang Yesus, dan sebagainya dapat memberitahu kita hal baru tentang historisitas Yesus.


Al Dy
Gbu/Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar