Rabu, 09 Maret 2011

Bantahan atas topik : MATIUS 28:19 Palsu!

Bp menulis ini dengan kata ; 


Tuduhan:
Quote:
teman muslim,mengatakan kalo "amanat agung" Tuhan Yesus dalam matius adalah palsu..

ini refrensi yang dia berikan mas.

UNTUK SOAL MATIUS 28:19 !
Benarkah Yesus menyuruh pengikutnya untuk menyebarkan Injil ke seluruh bangsa?.

Umat Kristen berfikir bahwa Injil harus disebarkan ke seluruh Bangsa. Mereka mendasarkan diri pada Injil Matius 28 : 19, yang dalam Teologi Kristen ayat ini dikenal sebagai “Amanat Agung Yesus” dan dipakai sebagai alasan Penginjilan di seluruh dunia.

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Matius 28 : 19)

Para Teolog Barat yang obyektif sepakat mengakui bahwa Matius 28:19 adalah PALSU, karena Injil Matius pasal 28 seharusnya berakhir sampai dengan ayat 15 yang berbunyi: “Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini”. Ayat inilah penutup Matius 28 yang mana pada ayat 15 yang berbunyi “Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini” menjadi ceritera selama puluhan tahun.

Hugh J. Sconfield ( tidak Diketahui apa agama dia), nominator pemenang hadiah Nobel tahun 1959 dalam bukunya The Original New Testament menyatakan sebagai berikut: “This (Matthew 28: 15) would appear to be the end of the Gospel (of Mattew). What follows (Mattew 28 : 16-20) from the nature of what is said would then be a latter addition!” (Profile bisa dilihat dihttp://en.wikipedia.org/wiki/Hugh_J._Schonfield )

Robert Funk, seorang Profesor ilmu Perjanjian Baru dari Universitas Harvard, dalam buku “The Five Gospels” mengomentari ayat-ayat tambahan itu sebagai berikut: “Amanat Agung dalam Matius 28:18-20 diciptakan oleh penginjil” memperlihatkan ide untuk menyebarkan ajaran Kristen ke seluruh dunia. Yesus sangat mungkin tidak memiliki gagasan untuk mengajarkan ajarannya ke seluruh dunia dan Yesus sudah bisa dipastikan bukan pendiri lembaga ini (Agama Kristen). (Ayat ini) tidak menggambarkan perintah yang diucapkan Yesus. (Profile bisa dilihat di http://www.boston.com/news/globe/obitua ... s_seminar/ )

Bp said :
Sebaliknya, bagaimana tanggapan teman2 Muslim jika ada yang mengatakan : "Kelompok Zaid bin Tsabit membakar lembaran-lembaran Al~Qur'an (baca: firman Allah) yang mula-mula, sehingga yg ada selanjutnya bukan yang asli lagi…."? Teman2 Muslim tentu akan ber-apology, sebagaimana juga yang kami lakukan terhadap Kitab Suci yang kami imani.

Apa yang dikemukakan di atas dan dikutip oleh si penuduh adalah opini dari orang yang "katanya" ahli Alkitab, dan ini bukan merupakan fakta. Jadi harus dibedakan atara opini dan fakta. Dalam mayoritas teks/naskah Alkitab PB bahasa asli Yunani, ayat-ayat tersebut ada :

Matius 28:16-20 Naskah Textus Receptus
28:16 οι δε ενδεκα μαθηται επορευθησαν εις την γαλιλαιαν εις το ορος ου εταξατο αυτοις ο ιησους
28:17 και ιδοντες αυτον προσεκυνησαν αυτω οι δε εδιστασαν
28:18 και προσελθων ο ιησους ελαλησεν αυτοις λεγων εδοθη μοι πασα εξουσια εν ουρανω και επι γης
28:19 πορευθεντες ουν μαθητευσατε παντα τα εθνη βαπτιζοντες αυτους εις το ονομα του πατρος και του υιου και του αγιου πνευματος
28:20 διδασκοντες αυτους τηρειν παντα οσα ενετειλαμην υμιν και ιδου εγω μεθ υμων ειμι πασας τας ημερας εως της συντελειας του αιωνος αμην

Translit :
28:16 hoi de endeka mathêtai eporeuthêsan eis tên galilaian eis to oros hou etaxato autois ho iêsous
28:17 kai idontes auton prosekunêsan autô hoi de edistasan
28:18 kai proselthôn ho iêsous elalêsen autois legôn edothê moi pasa exousia en ouranô kai epi gês
28:19 poreuthentes oun mathêteusate panta ta ethnê baptizontes autous eis to onoma tou patros kai tou huiou kai tou hagiou pneumatos
28:20 didaskontes autous têrein panta hosa eneteilamên humin kai idou egô meth humôn eimi pasas tas hêmeras heôs tês sunteleias tou aiônos amên



bandingkan :

Matius 28:16-20 Naskah Bizantium
28:16 οι δε ενδεκα μαθηται επορευθησαν εις την γαλιλαιαν εις το ορος ου εταξατο αυτοις ο ιησους
28:17 και ιδοντες αυτον προσεκυνησαν αυτω οι δε εδιστασαν
28:18 και προσελθων ο ιησους ελαλησεν αυτοις λεγων εδοθη μοι πασα εξουσια εν ουρανω και επι γης
28:19 πορευθεντες μαθητευσατε παντα τα εθνη βαπτιζοντες αυτους εις το ονομα του πατρος και του υιου και του αγιου πνευματος
28:20 διδασκοντες αυτους τηρειν παντα οσα ενετειλαμην υμιν και ιδου εγω μεθ υμων ειμι πασας τας ημερας εως της συντελειας του αιωνος αμην 



Matius 28:16-20 Naskah Tischendorf
28:16 οι δε ενδεκα μαθηται επορευθησαν εις την γαλιλαιαν εις το ορος ου εταξατο αυτοις ο ιησους
28:17 και ιδοντες αυτον προσεκυνησαν οι δε εδιστασαν
28:18 και προσελθων ο ιησους ελαλησεν αυτοις λεγων εδοθη μοι πασα εξουσια εν ουρανω και επι γης
28:19 πορευθεντες μαθητευσατε παντα τα εθνη βαπτιζοντες αυτους εις το ονομα του πατρος και του υιου και του αγιου πνευματος
28:20 διδασκοντες αυτους τηρειν παντα οσα ενετειλαμην υμιν και ιδου εγω μεθ υμων ειμι πασας τας ημερας εως της συντελειας του αιωνοςοι δε πορευθεντες ησφαλισαντο τον ταφον σφραγισαντες τον λιθον μετα της κουστωδιας



Bahkan pada naskah yang paling kritis, seperti Wescott & Hort yang biasa digunakan para sarjana Alkitab kalangan liberal untuk menyerang Alkitab pun memuat ayat-ayat tsb yang dipersoalkan sbb :

Matius 28:16-20 Naskah Wescott & Hort
28:16 οι δε ενδεκα μαθηται επορευθησαν εις την γαλιλαιαν εις το ορος ου εταξατο αυτοις ο ιησους
28:17 και ιδοντες αυτον προσεκυνησαν οι δε εδιστασαν
28:18 και προσελθων ο ιησους ελαλησεν αυτοις λεγων εδοθη μοι πασα εξουσια εν ουρανω και επι [της] γης
28:19 πορευθεντες ουν μαθητευσατε παντα τα εθνη βαπτιζοντες αυτους εις το ονομα του πατρος και του υιου και του αγιου πνευματος
28:20 διδασκοντες αυτους τηρειν παντα οσα ενετειλαμην υμιν και ιδου εγω μεθ υμων ειμι πασας τας ημερας εως της συντελειας του αιωνος


Lihat Terjemahan NIV, yang berdasarkan naskah UBS yang berbasis WH, di : http://www.biblegateway.com/passage/?se ... version=31
====================================================================
BANTAHAN : 


Kok mengkambing hitamkan  Zaid bin Tsabit ?
Ayat MATIUS 28:19 memang kontra redaksi dengan MATIUS 10:5-6 :
Injil Matius 10:5-6 ‘Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”. 

(Dalam Injil Matius 10:5-6 Dalam Alkitab Bahasa Indonesia sehari-hari) “Kedua belas rasul itu kemudian diutus oleh Yesus dengan mendapat petunjuk-petunjuk ini, “Janganlah pergi ke daerah orang-orang yang bukan Yahudi. Jangan juga ke kota-kota orang Samaria. Tetapi pergilah kepada orang-orang Israel, khususnya kepada mereka yang sesat.”
Jadi wajar-wajar saja jika ada yang mengatakan MATIUS 28:19 adalah palsu atau tambahan...
Sedangkan untuk masalah Zaid bin Tsabit coba lihat ini dulu, postingan dari teman muslim kita : 

MediaMuslim.Info - Al Qur'an yang ada pada umat Islam saat ini, alhamdulillah, tidak berubah-ubah dan tidak terusakan oleh musuh-musuh Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang ingin menghancurkan satu-satunya Agama Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang mulia ini "Islam". Dalam upaya penjagaan terhadap isi Al-Qur'an, telah menoreskan sejarah panjang yang perlu kita ketahui. Sejarah penulisan dan penghimpunan Al Qur'an dapat dibagi secara metodelogi sejarah menjadi tiga periode.
Periode pertama
Periode pertama terjadi pada masa Nabi ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam, dengan lebih banyak berpegang kepada hafalan ketimbang tulisan. Masa itu para sahabat terkenal memiliki daya ingat yang kuat dan hafalan yang cepat, tetapi sedikit yang mampu menulis, sarananya pun jarang. Ayat-ayat Al Qur'an ketika itu tidak dihimpun dalam satu mushaf, bahkan setiap kali turun para sahabat menghafalkannya langsung, dan menuliskannya pada media yang mudah didapat, seperti pelepah kurma, lembaran kulit, pecahan batu, dan sebagainya. Para qurra' lebih banyak jumlahnya.


Dalam shahih bukhari diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Nabi ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam mengutus 70 orang yang disebut sebagai para qurra'. Di tengah perjalanan mereka dihadang oleh sekelompok Bani Salim Ra'I dan Dzakwan dekat sumur Ma'unah. Mereka semuanya dibunuh para penghadang tersebut.


Diantara para sahabat penghafal Al Qur'an ialah: empat khulafa' rasyidin, Abdullah bin Mas'ud, Salim Maula Abi Hudzaifah, Ubay bin Ka'ab, Muadz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Abu Darda', dan lainnya.


Periode keduaPeriode kedua terjadi pada masa kekhalifahan Abu Bakar, yaitu tahun ke-12 H. Yang melatar belakangi prakarsa pada peiode kedua ini adalah terbunuhnya sejumlah qurra' dalam peperangan Yamamah. Di antara mereka terdapat nama Slaim Maula Abi Hudzaifah, salah seorang yang dinyatakan Nabi boleh diambil ilmu-ilmu Al Qur'annya.


Abu Bakar memerintahkan untuk mengumpulkan Al Qur'an. Dalam shahih Bukhari diriwayatkan bahwa setelah perang Yamamah, Umar bin Khaththab pernah mengisyaratkan kepada Abu Bakar agar melakukan penghimpunan Al Qur'an. Abu Bakar sementara waktu belum melakukannya, namun Umar terus mendesaknya berulang kali, hingga Alloh Subhanahu wa Ta’ala melapangkan dada Abu Bakar. Beliaupun memanggil Zaid bin Tsabit, kedia Zaid datang di tempat itu hadir pula Umar, Abu Bakar mengatakan kepadanya: "Sesungguhnya engkau adalah pemuda yang cerdik, kami tidak pernah menuduhmu sesuatupun, dan engkau dahulu penulis wahyu Rasulullah, maka periksalah Al Qur'an yang ada sekarang ini, dan himpunkanlah.". Zaid menceritakan dirinya: "Kemudian saya memeriksa Al Qur'an, dang mengumpulkannya dari pelepah-pelepah kurma, pecahan-pecahan tulang, dan hafalan-hafalan orang lain.". Setelah terkumpul, Al Qur'an tersebut dipegang Abu Bakar sampai beliau wafat. Kemudian dipegang oleh Umar bin Khaththab, dan dilanjutkan oleh Hafshah binti Umar. Hadits yang panjang ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Kaum muslimin sepakat atas hasil usaha Abu Bakar ini, dan menggolongkannya termasuk amal kebajikan beliau. Ali bin Abi Tholib mengatakan: "Orang yang terbanyak kebajikannya terhadap mushaf adalah Abu Bakar, beliaulah yang pertama menghimpun Kitab Alloh Subhanahu wa Ta’ala".
Periode ketiga

Periode ketiga ini terjadi pada masa khalifah Utsman bin Affan, tahun 25 H. yang melatar belakanginya adalah ketika diketahui perbedaan bacaan (qiro-at) di kalangan umat Islam, lantaran berkembangnya mushaf-mushaf yang ada pada para sahabat. Melihat kekhawatiran terjadinya fitnah, khalifah Utsman mengintruksikan agar mushaf-mushaf tersebut disatukan agar umat Islam tidak berbeda lagi ketika membaca Al Qur'an yang bisa menyebabkan perpecahan.


Dalam shahih Bukhari diriwayatkan, setelah pembebasan Armenia dan Azerbaijan, Hudzaifah bin Yaman mendatangi Utsman bin Affan. Hudzaifah dikejutkan oleh perbedaan-perbedaan umat Islam dalam membaca Al Qur'an. Beliau katakan kepada Utsman: "Satukanlah umat ini sebelum mereka bercerai-berai laksana berpecahnya Yahudi dan Nasrani". Lantas Utsman mengutus kepada Hafshah untuk menyampaikan pesan beliau yang berbunyi: "Serahkan kepada kami seluruh lembaran-lembaran Al Qur'an yang ada padamu, untuk kami pindahkan dalam suatu mushaf. Dan pasti lembaran-lembaran itu akan kami kembalikan lagi kepadamu". Hafshah pun melaksanakannya. Kemudian Utsman memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa'id bin Al Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam supaya memindahkan isi lembaran-lembaran tersebut ke dalam mushaf. Zaid bin Tsabit merupakan orang Anshar, sedang tiga orang lainnya dari kaum Quraisy. Utsman menekankan kepada tiga orang tersebut: "Bila kamu bertiga dan Zaid berbeda tentang sesuatu dari Al Qur'an, maka tulislah Al Qur'an dengan bahasa kaum Quraisy, karena ia diturunkan dengan bahasa mereka". Para penghimpun tersebut melaksanakan penekanan Utsaman hingga seluruh lembaran-lembaran itu selesai dipindahkan ke dalam mushaf, dan lembaran-lembaran itupun dikembalikan lagi kepada Hafshah. Setiap bagian kawasan Islam ketika itu diberi satu mushaf sebagai standar. Utsman setelah itu memerintahkan selain mushaf standar ini agar dimusnahkan.
Utsman bin Affan tidak melakukan penghimpunan Al Qur'an ini berdasarkan kemauannya sendiri, melainkan setelah mengadakan musyawarah dengan para sahabat lainnya.
Ibnu Abi Daud meriwayatkan dari Ali bin Abi Tholib, beliau berkata: "Demi Alloh Subhanahu wa Ta’ala, tidaklah Utsman berbuat ini kecuali di hadapan kami (kalangan sahabat). Beliau berkata: "Saya bermaksud menyatukan manusia (umat Islam) dalam satu mushaf, hingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perbedaan". Kami menjawab: "Alangkah bagusnya yang kau usulkan itu".
Kata Mush'ab bin Sa'd: "Saya melihat manusia jumlahnya banyak sekali ketika Utsman membakar mushaf-mushaf (selain satu mushaf yang telah disatukan). Mereka dikagumkan oleh keputusan Utsman". Atau dengan kata lain: Tidak ada yang mengingkari hal itu, walaupun satu orang (dari kalangan sahabat). Keputusan ini merupakan kebajikan Amirul Mukminin Utsman bin Affan yang disepakati oleh kaum muslimin, serta penyempurnaan atas penghimpunan yang telah dilakukan oleh khalifah Abu Bakar.
Yang membedakan antara kedua jenis pengimpunan ini (periode dua dan tiga) adalah:
  1. Tujuan penghimpunan pada masa Abu Bakar merangkul seluruh Al Qur'an dalam satu mushaf agar tidak ada yang hilang sedikitpun, tapi tidak mengharuskan umat Islam atas satu mushaf, karena belum tampak pengaruh perbedaan qiro-at yang bisa menimbulkan perpecahan.
  2. Sementara tujuan penghimpunan Al Qur'an pada masa Utsman adalah menyatukan Al Qur'an seluruhnya pada satu mushaf, melihat kekhawatiran pertentangan qiro-at di kalangan umat Islam yang bisa memecah-belah mereka.
Dengan upaya Utsman bin Affan ini, tampak kemaslahatan umum kaum muslimin lebih terealisir ketika mereka dapat bersatu di bawah satu kalimat, dan perpecahan serta permusuhan dapat dielakkan.
Bukti bersatunya kaum muslimin sampai kini mereka masih tetap berpegang pada mushaf Al Qur'an standar tersebut secara mutawatir, selalu mempelajarinya dan tidak pernah sedikit pun jatuh ke tangan para perusak, tersentuh hawa nafsu. Sungguh, segala puji milik Alloh Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan langit, bumi, dan seluruh alam.
Semoga bermanfaat.
Tak henti-hentinya kaum liberal berusaha menghambat kembalinya kaum muslimin menerapkan Syariat Islam. Salah satunya adalah dengan membuat kaum muslimin ragu-ragu akan keotentikan Mushhaf al-Qur`an sebagai wahyu Allah. Jika kaum muslimin telah ragu terhadap orisinalitas al-Qur`an sebagai wahyu Allah, maka syariat Islam semakin bisa dihambat penerapannya.
Manusia-manusia jahat itu banyak memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat tentang sejarah penulisan, pengumpulan dan penyalinan al-Qur`an. Oleh karena itu, sangat penting penyampaian Sejarah Penulisan, Pengumpulan, dan Penyalinan al-Qur`an.

PENULISAN AL-QUR`AN
Ketika diturunkan satu atau beberapa ayat, Rasul saw langsung menyuruh para sahabat untuk menghafalkannya dan menuliskannya di hadapan beliau. Rasulullah mendiktekannya kepada para penulis wahyu. Para penulis wahyu menuliskannya ke dalam lembaran-lembaran yang terbuat dari kulit, daun, kaghid, tulang yang pipih, pelepah kurma, dan batu-batu tipis.
Mengenai lembaran-lembaran ini Allah SWT berfirman:
Rasuulun minallaaHi yatluu shuhufan muthaHHarah
Artinya: 
(yaitu) seorang utusan Allah (yakni Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (al-Qur`an) (QS. Al-Bayyinah [98]: 2)
Rasulullah saw mengizinkan kaum muslimin untuk menuliskan al-Qur`an berdasarkan apa yang beliau diktekan kepada para penulis wahyu. Rasulullah saw bersabda:
Laa taktubuu ‘annii, wa man kataba ‘annii ghairal qur`aani falyamhuHu
Artinya: 
Janganlah kalian menulis dari aku. Barangsiapa yang telah menulis dari aku selain al-Qur`an hendaknya ia menghapusnya. (HR. Muslim)
Rasulullah saw tidak khawatir dengan hilangnya ayat-ayat al-Qur`an karena Allah telah menjamin untuk memeliharanya berdasarkan nash yang jelas:
Innaa nahnu nazzalnadz dzikra wa innaa laHu lahaafizhuun
Artinya:
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur`an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr [15]:9)
Rasulullah saw gembira dan ridha dengan al-Qur`an sebagai mukjizat terbesarnya yang dapat digunakan sebagai hujjah terhadap orang-orang Arab maupun orang-orang di seluruh dunia
Ketika Nabi saw wafat, al-Quran secara keseluruhan sudah tertulis pada lembaran-lembaran, tulang-tulang, pelepah kurma, dan batu-batu tipis, dan di dalam hafalan para sahabat ra.

* * *
PENGUMPULAN AL-QUR`AN
Di masa pemerintahan Khalifatur Rasul Abu Bakar ash-Shiddiq ra, terjadi perang Yamamah yang mengakibatkan  banyak sekali para qurra’/ para huffazh (penghafal al-Qur`an) terbunuh. Akibat peristiwa tersebut, Umar bin Khaththab merasa khawatir akan hilangnya sebagian besar ayat-ayat al-Qur`an akibat wafatnya para huffazh. Maka beliau berpikir tentang pengumpulan al-Qur`an yang masih ada di lembaran-lembaran.
Zaid bin Tsabit ra berkata:
Abu Bakar telah mengirim berita kepadaku tentang korban Perang Ahlul Yamamah. Saat itu Umar bin Khaththab berapa di sisinya.
Abu Bakar ra berkata, bahwa Umar telah datang  kepadanya lalu ia berkata: “Sesungguhnya peperangan sengit terjadi di hari Yamamah dan menimpa para qurra’ (para huffazh). Dan aku merasa khawatir dengan sengitnya peperangan terhadap para qurra (sehingga mereka banyak yang terbunuh) di negeri itu. Dengan demikian akan hilanglah sebagian besar al-Qur`an.”
Abu Bakar berkata kepada Umar: “Bagaimana mungkin aku melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasul saw?”
Umar menjawab: “Demi Allah ini adalah sesuatu yang baik.”
Umar selalu mengulang-ulang kepada Abu Bakar hingga Allah memberikan kelapangan pada dada Abu Bakar tentang perkara itu. Lalu Abu Bakar berpendapat seperti apa yang dipandang oleh Umar.
Zaid bin Tsabit melanjutkan kisahnya. Abu Bakar telah mengatakan kepadaku, “Engkau laki-laki yang masih muda dan cerdas. Kami sekali-kali tidak pernah memberikan tuduhan atas dirimu, dan engkau telah menulis wahyu untuk Rasulullah saw sehingga engkau selalu mengikuti al-Qur`an, maka kumpulkanlah ia.”
Demi Allah seandainya kalian membebaniku untuk memindahkan gunung dari tempatnya, maka sungguh hal itu tidaklah lebih berat dari apa yang diperintahkan kepadaku mengenai pengumpulan al-Qur`an.
Aku bertanya: “Bagaimana kalian melakukan perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah saw?”
Umar menjawab bahwa ini adalah sesuatu yang baik. Umar selalu mengulang-ulang perkataaannya sampai Allah memberikan kelapangan pada dadaku seperti yang telah diberikanNya kepada Umar dan Abu Bakar ra.
Maka aku mulai menyusun al-Qur`an dan mengumpulkannya dari pelepah kurma, tulang-tulang, dari batu-batu tipis, serta dari hafalan para sahabat, hingga aku dapatkan akhir surat at-Taubah pada diri Khuzaimah al-Anshari yang tidak aku temukan dari yang lainnya, yaitu ayat:
Laqad jaaa`akum rasuulun min anfusikum ‘aziizun ‘alaiHi maa ‘anittum hariishun ‘alaikum bil mu`miniina ra`uufur rahiim
Artinya: 
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olenya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. At-Taubah [9]: 128)
Pengumpulan al-Qur`an yang dilakukan Zaid bin Tsabit ini tidak berdasarkan hafalan para huffazh saja, melainkan dikumpulkan terlebih dahulu apa yang tertulis di hadapan Rasulullah saw. Lembaran-lembaran al-Qur`an tersebut tidak diterima, kecuali setelah disaksikan dan dipaparkan di depan dua orang saksi yang menyaksikan bahwa lembaran ini merupakan lembaran yang ditulis di hadapan Rasulullah saw. Tidak selembar pun diambil kecuali memenuhi dua syarat: 1) Harus diperoleh secara tertulis dari salah seorang sahabat. 2) Harus dihafal oleh salah seorang dari kalangan sahabat.
Saking telitinya, hingga pengambilan akhir Surat at-Taubah sempat terhenti karena tidak bisa dihadirkannya dua orang saksi yang menyaksikan bahwa akhir Surat at-Taubah tsb ditulis di hadapan Rasululllah saw, kecuali kesaksian Khuzaimah saja. Para sahabat tidak berani menghimpun akhir ayat tersebut, sampai terbukti bahwa Rasulullah telah berpegang pada kesaksian Khuzaimah, bahwa kesaksian Khuzaimah sebanding dengan kesaksian dua orang muslim yang adil. Barulah mereka menghimpun lembaran yang disaksikan oleh Khuzaimah tersebut.
Demikianlah, walaupun para sahabat telah hafal seluruh ayat al-Qur`an, namun mereka tidak hanya mendasarkan pada hafalan mereka saja.
Akhirnya, rampung sudah tugas pengumpulan al-Qur`an yang sangat berat namun sangat mulia ini. Perlu diketahui, bahwa pengumpulan ini bukan pengumpulan al-Qur`an untuk ditulis dalam satu mushhaf, tetapi sekedar mengumpulkan lembaran-lembaran yang telah ditulis di hadapan Rasulullah saw ke dalam satu tempat.
Lembaran-lembaran al-Qur`an ini tetap terjaga bersama Abu Bakar selama hidupnya. Kemudian berada pada Umar bin al-Khaththab selama hidupnya. Kemudian bersama Ummul Mu`minin Hafshah binti Umar ra sesuai wasiat Umar.
* * *
PENYALINAN AL-QUR`AN
Kemudian datanglah masa pemerintahan Amirul Mu`minin Utsman bin Affan ra. Di wilayah-wilayah yang baru dibebaskan, sahabat nabi yang bernama Hudzaifah bin al-Yaman terkejut melihat terjadi perbedaan dalam membaca al-Qur`an. Hudzaifah melihat penduduk Syam membaca al-Qur`an dengan bacaan Ubay bin Ka’ab. Mereka membacanya dengan sesuatu yang tidak pernah didengar oleh penduduk Irak. Begitu juga ia melihat penduduk Irak membaca al-Qur`an dengan bacaan Abdullah bin Mas’ud, sebuah bacaan yang tidak pernah didengar oleh penduduk Syam. Implikasi dari fenomena ini adalah adanya peristiwa saling mengkafirkan di antara sesama muslim.  Perbedaan bacaan tersebut juga terjadi antara penduduk Kufah dan Bashrah.
Hudzaifah pun marah. Kedua matanya merah.
Hudzaifah berkata, “Penduduk Kufah membaca qiraat Ibnu Mas’ud, sedangkan penduduk Bashrah membaca qiraat Abu Musa. Demi Allah jika aku bertemu dengan Amirul Mu`minin, sungguh aku akan memintanya untuk menjadikan bacaan tersebut menjadi satu.”
Sekitar tahun 25 H, datanglah Huzaifah bin al-Yaman menghadap Amirul Mu`minin Utsman bin Affan di Madinah.
Hudzaifah berkata, “Wahai Amirul Mu`minin, sadarkanlah umat ini sebelum mereka berselisih tentang al-Kitab (al-Qur`an) sebagaimana perselisihan Yahudi dan Nasrani.”
Utsman kemudian mengutus seseorang kepada Hafshah agar Hafshah mengirimkan lembaran-lembaran al-Qur`an yang ada padanya kepada Utsman untuk disalin ke dalam beberapa mushhaf, dan setelah itu akan dikembalikan lagi.
Hafshah pun mengirimkan lembaran-lembaran al-Qur`an itu kepada Utsman.
Utsman lalu memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin al-‘Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam untuk menyalinnya ke dalam beberapa mushhaf.
Utsman bertanya, “Siapa yang orang yang biasa menulis?”
Dijawab, “Penulis Rasulullah saw adalah Zaid bin Tsabit.”
Utsman bertanya lagi, “Lalu siapa oang yang paling pintar bahasa Arabnya?”
Dijawab, “Said bin al-‘Ash.
Utsman kemudian berkata, “Suruhlah Said untuk mendiktekan dan Zaid untuk menuliskan al-Qur`an.”
Saat proses penyalinan mushhaf berjalan, mereka hanya satu kali mengalami kesulitan, yakni adanya perbedaan pendapat tentang penulisan kata “at-Taabuut”.
Seperti diketahui, yang mendiktekannya adalah Said bin al-Ash dan yang menuliskannya adalah Zaid bin Tsabit. Semua dilakukan di hadapan para sahabat. Ketika Said bin al-Ash mendiktekan kata at-Taabuut maka Zaid bin Tsabit menuliskannya sebagaimana ditulis oleh kaum Anshar yaitu at-Taabuuh, karena memang begitulah menurut bahasa mereka dan begitulah mereka menuliskannya. Tetapi anggota tim lain memberitahukan kepada Zaid bahwa sebenarnya kata itu tertulis di dalam lembaran-lembaran al-Qur`an dengan Ta` Maftuhah, dan mereka memperlihatkannya ke Zaid bin Tsabit. Zaid bin Tsabit memandang perlu untuk menyampaikan hal itu kepada Utsman supaya hatinya menjadi tenang dan semakin teguh. Utsman lalu memerintahkan mereka agar kata itu ditulis dengan kata seperti dalam lembaran-lembaran al-Qur`an yaitu dengan Ta` Mahtuhah. Sebab hal itu merupakan bahasa orang-orang Quraisy, lagi pula al-Qur`an diturunkan dengan bahasa mereka. Akhirnya ditulislah kata tersebut dengan Ta` Maftuhah.
Demikianlah, mereka tidak berbeda pendapat selain dari perkara itu, karena mereka hanya menyalin tulisan yang sama dengan yang ada pada lembaran-lembaran al-Qur`an, dan bukan berdasarkan pada ijtihad mereka.
Setelah mereka menyalin lembaran-lembaran tersebut  ke dalam mushhaf, Utsman segara mengembalikannya kepada Hafshah.
Utsman kemudian mengirimkan salinan-salinan mushhaf ke seluruh wilayah negeri Islam agar orang-orang tidak berbeda pendapat lagi tentang al-Qur`an. Jumlah salinan yang telah dicopy sebanyak tujuh buah. Tujuh salinan tersebut dikirimkan masing-masing satu copy ke kota Makkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah dan Madinah. Mushhaf inilah yang kemudian dikenal dengan namaMushhaf Utsmani.
Utsman kemudian memerintahkan al-Qur`an yang ditulis oleh sebagian kaum muslimin yang bertentangan dengan Mushhaf Utsmani yang mutawatir tersebut untuk dibakar.
Pada masa berikutnya kaum muslimin menyalin mushhaf-mushhaf yang lain dari mushhaf Utsmani tersebut dengan tulisan dan bacaan yang sama hingga sampai kepada kita sekarang.
Adapun pembubuhan tanda syakal berupa fathah, dhamah, dan kasrah dengan titik yang warna tintanya berbeda dengan warna tinta yang dipakai pada mushhaf yang terjadi di masa Khalifah Muawiyah dilakukan untuk menghindari kesalahan bacaan bagi para pembaca al-Qur`an yang kurang mengerti tata bahasa Arab. Pada masa Daulah Abbasiyah, tanda syakal ini diganti. Tanda dhamah ditandai dengan dengan wawu kecil di atas huruf, fathah ditandai dengan alif kecil di atas huruf, dan kasrah ditandai dengan ya` kecil di bawah huruf.
Begitu pula pembubuhan tanda titik di bawah dan di atas huruf di masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan dilakukan untuk membedakan satu huruf dengan huruf lainnya.
Dengan demikian, al-Qur`an yang sampai kepada kita sekarang adalah sama dengan yang telah dituliskan di hadapan Rasulullah saw. Allah SWT telah menjamin terjaganya al-Qur`an. Tidak ada orang yang berusaha mengganti satu huruf saja dari al-Qur`an kecuali hal itu akan terungkap.
Allah SWT berfirman: 
Innaa nahnu nazzalnadz dzikra wa innaa laHu lahaafizhuun
Artinya: 
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur`an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr [15]: 9)

Oleh karena itu, tidak perlu kita ragu-ragu terhadap orisinalitas al-Qur`an. Tak perlu kita terprovokasi tipu daya orang-orang liberal yang berupaya membuat kita ragu-ragu terhadap al-Qur`an. Orang-orang liberal itu memang telah berguru kepada para orientalis yang mempelajari al-Qur`an bukan untuk mengimaninya, bukan untuk menerapkan hukum-hukum yang ada di dalamnya. Mereka mempelajari al-Qur`an untuk mencari-cari cara agar bisa melemahkan aqidah umat Islam. Semoga Allah menghancurkan rencana-rencana mereka. Semoga Allah membuat sakit yang ada pada hati mereka semakin parah dan semakin parah. Semoga Allah segera membinasakan mereka karena sakit itu. Amin ya Allah ya Mujiibas saa`iliin.[mediaislam.net]
Al Dy
Gbu/Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar