sang pendeta BP kali ini beralasan lain: "KESALAHAN PENERJEMAHAN LAI"
kali ini dia beralasan bahwa Kejadian pasal 6 ayat 3 bukan membahas batas usia manusia melainkan saat-saat penghakiman dan pengadilan Allah atas kejahatan manusia karena menurutnya LAI salah menerjemahkan YADON di atas yang diterjemahkan "tinggal" seharusnya diterjemahkan "mengadili/menghakimi"...
lantas, siapa yang benar? LAI atau BP? yang jelas pada kenyataannya YADON memiliki arti harfiah "diskusi", "bincang-bincang", dan "mengobrol" (tidak ada yang benar antara LAI dan BP), namun memang ada kalimat ekspresi yang bermakna "mengadili" seperti itu (sama halnya dengan kata "oleh" dan "oleh-oleh")...
terserah BP mau menafsirkan seperti apa, tapi apakah penafsirannya itu sesuai? oh, rupanya dia translate copasan dari sini:http://debate.org.uk/topics/apolog/contrads.htm
lalu apakah penafsiran di situ sesuai juga? lagi-lagi pembenaran..
BP lupa dengan terjemahan KJV di bawah LAI: "And the LORD said, My spirit shall not always strive with man, for that he also is flesh: yet his days shall be an hundred and twenty years"
justru KJV menerjemahkannya berbeda lagi: to strive (berjuang, bekerja keras, menuntut, mengusahakan) - menuntut berbeda lho dengan mengadili...
Kejadian 6:3 ini berbicara tentang penghakiman dan pengadilan Allah atas kejahatan manusia, bukan tentang usia manusia ===>>> jika kita ganti kata "tinggal", Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanyamengadili/menghakimi di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja." ====>>> samakah maknanya seperti penafsiran BP?? darimana penafsiran "atas kejahatan" di atas? apakah dari Kisah Nuh? sinkronkah dengan ayat ini? manusia yang sudah dibekali akal pikiran dan ilmu silahkan menjawab dengan jujur!
membaca jawaban pendeta BP ini sangat menggelikan:
BP berpendapat bahwa penafsiran ini salah karena tidak mungkin seorang anak lebih tua 2 tahun daripada ayahnya, tetapi BP beralasan bahwa terjadi kesalahan penyalinan ulang naskah Masoret... namun penulis Septuaginta menuliskan pada ayat Tawarikh di atas 22 tahun bukan 42 tahun seperti yang tertulis di naskah Masoret...
menurut BP, bahwa Septuaginta telah dengan tepat menuliskan 22 tahun... sebenarnya bukan Septuaginta yang telah tepat menyalin dan menerjemahkan Tanakh, tetapi karena harapan para Kristiani bahwa tidak ada kontradiksi dalam Alkitab...
2 Tawarikh 22: 2
בֶּן־אַרְבָּעִים וּשְׁתַּיִם שָׁנָה אֲחַזְיָהוּ בְמָלְכֹו וְשָׁנָה אַחַת מָלַךְ בִּירוּשָׁלִָם וְשֵׁם אִמֹּו עֲתַלְיָהוּ בַּת־עָמְרִי
ων εικοσι ετων οχοζιας εβασιλευσεν και ενιαυτον ενα εβασιλευσεν εν ιερουσαλημ και ονομα τη μητρι αυτου γοθολια θυγατηρ αμβρι
ארבעים = empat puluh (arba'iym)
εικοσι = dua puluh
2 Raja-raja 8: 6
בֶּן־עֶשְׂרִים וּשְׁתַּיִם שָׁנָה אֲחַזְיָהוּ בְמָלְכֹו וְשָׁנָה אַחַת מָלַךְ בִּירוּשָׁלִָם וְשֵׁם אִמֹּו עֲתַלְיָהוּ בַּת־עָמְרִי מֶלֶךְ יִשְׂרָאֵל
υιος εικοσι και δυο ετων οχοζιας εν τω βασιλευειν αυτον και ενιαυτον ενα εβασιλευσεν εν ιερουσαλημ και ονομα της μητρος αυτου γοθολια θυγατηρ αμβρι βασιλεως ισραηλ
עשרים = dua puluh ('esriym)
εικοσι = dua puluh
mengapa Septuaginta bisa menuliskan "εικοσι" pada Tawarikh sementara Masora menuliskan "arba'iym"?? mengapa penyalin Septuaginta yakin bahwa kalimat itu menulis 20 tahun? hal itu didasari atas peninjauan kembali ayat yang berkorelasi kemudian memainkan nalar bila ayat korelasi A dengan B lebih masuk akal yang B, maka ayat A disalin seperti B... lalu mengapa penulis Masoret tidak memakai metode para penulis Septuaginta? ini yang menjadi pertanyaan, apakah mereka tidak serius menyalin naskah suci?
BP memberikan dugaan demikian:
kali ini ucapan BP yang kontradiksi...
pertanyaan sederhana: APAKAH AYAT TAWARIKH DI ATAS MENULIS "BET MEM" (40)????
BP telah salah mengira bahwa tulisan Ibrani di ayat itu adalah "ARBA'IYM" (ארבעים) bukan "BET MEM" (במ) meskipun artinya adalah sama-sama empat puluh...
Bahasa Ibrani tidak mengenal aksara bilangan, oleh sebab itu dalam melambangkan angka, mereka memakai aksara huruf mereka...
misalnya, Bahasa Ibrani dari "satu" adalah "ekhad" (אחד), sedangkan angka "1" adalah "alef" (א)
Alkitab hanya memakai "angka" sebagai tanda nomor pasal dan nomor ayat tetapi isi dari Alkitab (ayat-ayatnya) tidak akan pernah kita temui "angka" melainkan "huruf"... sampai sini anda paham? silahkan anda cari ayat di Alkitab, tidak ada satupun ayat yang menulis "1, 2, 3, 4, 5" tetapi "satu, dua, tiga, empat, lima"...
dengan kata lain, tidak ada satupun ayat Tawarikh di atas menulis "bet mem", yang ada "arba'iym"...
lalu mungkinkah terjadi kesalahan penyalinan? seperti ucapan saya di post sebelumnya, jika hanya berbeda 1-2 huruf atau harakat saja, saya masih bisa mentolerir kesalahan itu meskipun sebenarnya saya tidak bisa mentolerir kesalahan pada naskah suci... lantas apakah ayat di atas hanya berbeda 1-2 huruf saja? TIDAK! berbeda jauh...
bandingkan:
אַרְבָּעִים
אַ = a (huruf alef dengan harakat patakh)
רְ = re - e di sini mati (huruf resy dengan harakat syeva)
בָּ = ba (huruf ba dengan harakat qamats dan bet dot atau dagesy)
עִ = 'i (huruf 'ayin dengan harakat hiriq)
י = y (huruf yod)
ם = m (huruf mem pesyuta)
dengan:
עֶשְׂרִים
עֶ = 'e (huruf 'ayin dengan harakat segol)
שְׂ = se - e di sini mati (huruf syin dengan harakat syeva dan syin dot atau dagesy)
רִ = ri (huruf resy dengan harakat hiriq)
י = y (huruf yod)
ם = m (huruf mem pesyuta)
sepintas terdapat 4 huruf yang sama ('ayin, resy, yod, dan mem pesyuta) dan 2 huruf yang berbeda (alef dan bet), ya, memang sepintas terlihat hanya berbeda 2 huruf saja, tapi sayangnya, sebenarnya hanya ada 2 huruf saja yang sama (baik secara hurufnya ataupun secara letaknya) yaitu yod dan mem pesyuta yang sebenarnya adalah bentuk jamak dari kata "arba'ah", tidak mempengaruhi akar katanya
orang awam pun bisa membedakan kedua kata ini berbeda jauh..
berarti penulis Septuaginta berani sekali merubahnya
hebat sekali bila orang yang menyalin tulisan Inggris "water" dari buku Inggris ke edisi terbaru yaitu "water", lalu ada orang yang menerjemahkan "water" menjadi "pelayan" karena anggapan tulisan seharusnya adalah "waiter" dan penerjemah Indonesia itu dianggap lebih baik daripada penyalin edisi terbaru dari Buku Inggris itu...
bersambung
BP wrote:27. Tuhan salah dalam batasan usia ?
a. Tuhan membatasi umur manusia hanya 120 tahun saja "Berfirman Tuhan: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja" (Kejadian 6:3). "Maka berkatalah TUHAN,'Aku tidak memperkenankan manusia hidup selama-lamanya; mereka mahluk fana, yang harus mati. Mulai sekarang umur mereka tidak akan melebihi 120 tahun" (Kejadian 6:3, Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari).
b. Batasan usia dari Tuhan itu salah besar, karena banyak orang yang usianya melebihi 120 tahun. Adam hidup selama 930 tahun (Kej. 5:3-5), Set hidup selama 912 tahun (Kej. 5:6-8), Enos hidup selama 905 tahun (Kej.9-11), Keenam hidup selama 9 1 0 tahun (Kej. 5:12-14), Mahalaleel hidup selama 895 tahun (Kej. 5:15-17), Yared hidup selama 962 tahun (Kej. 5:18-20), Henokh hidup selama 365 tahun (Kej. 5:21-23), Metusalah hidup selama 969 tahun (Kej. 5:25-27), Lamekh hidup selama 777 tahun (Kej. 5:28-32), Nuh hidup selama 950 tahun (Kej. 9:29), Sem hidup selama 600 tahun (Kej. 11: 10-11), Arpakhsad hidup selama 438 tahun (Kej. 11:12-13), Selah hidup selama 433 tahun (Kej. ll: 14-15), Eber hidup selama 464 tahun (Kej. ll:16-17). Peleg hidup selama 239 tahun (Kej. ll:18-19), Rehu hidup selama 239 tahun (Kej.11: 22-21), Serug hidup selama 230 tahun (Kej. 11: 24-25), Sara hidup selama 127 tahun (Kej. 23: 1-2), Ismael hidup selama 137 tahun (Kej. 25:17), Nahor hidup selama 148 tahun (Kej. ll: 24-25), Yakub hidup selama 147 tahun (Kej. 47: 28), Lewi hidup selama 137 tahun (Kej. 6:15), Kehat hidup selama 133 tahun (Kej. 6:19), Harun hidup selama 123 tahun (BH 33:39), Ayub hidup selama 140 tahun (Ayub. 42: 16-17).
JAWAB:
bla bla bla
Dengan demikian, ayat dalam Kejadian 6:3 akan selaras dengan Kejadian pasal 11. Untuk lebih jelasnya, mari kita teliti ayat dalam Kejadian 6:3 sebagai berikut :
* Kejadian 6:3,
LAI TB, Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal [?] di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja."
KJV, And the LORD said, My spirit shall not always strive with man, for that he also is flesh: yet his days shall be an hundred and twenty years.
Hebrew,
וַיֹּאמֶר יְהוָה לֹא־יָדֹון רוּחִי בָאָדָם לְעֹלָם בְּשַׁגַּם הוּא בָשָׂר וְהָיוּ יָמָיו מֵאָה וְעֶשְׂרִים שָׁנָה׃
Translit, VAYO'MER YEHOVÂH (baca 'ADONÂY) LO'-YÂDONRUKHÏ VÂ'ÂDÂM LE'OLÂM BESYAGAM HU' VÂSÂR VEHÂYU YÂMÂV MÊ'ÂH VE'ESRÏM SYÂNÂH
Sengaja saya bubuhkan tanda tanya [?] untuk penerjemahan LAI tidak akan selama-lamanya tinggal. Kata Ibrani di sana adalah לא־ידון - LO'-YÂDON, לא - LO' artinya tidak sedangkan ידון - YÂDONberasal dari kata דין - DIN atau DUN yang artinyamenghakimi, mengadili, berkelahi, bergulat, BUKAN BERARTI TINGGAL ATAU BERDIAM DI DALAM .
Kata ini dalam Alkitab LAI ditemui di Kejadian 6:3 seperti di atas, namun dalam ayat lain diterjemahkan menghukum (Kejadian 15:14; Mazmur 110:6); mengadili (Kejadian 30:6; 49:16; Ulangan 32:36; 1 Samuel 2:10; Ayub 36:31; Mazmur 7:8; 9:8; 50:4; 54:1; 72:2; 96:10; 135:14); berbantah-bantah (2 Samuel 19:9), dan lain-lain, oleh karena itulah saya membubuhkan tanda tanya atas terjemahan LAI di atas.
Kejadian 6:3 ini berbicara tentang penghakiman dan pengadilan Allah atas kejahatan manusia, bukan tentang usia manusia. Allah memperpanjang hari-hari (Ibrani יום - YÕM) penghakiman dan pengadilan-NYA selama 120 tahun menjelang air bah yang membinasakan bumi. Perhatikan bahwa Alkitab menulis ימיו- YÂMÂV dari YÕM (hari) dan suffix pronomina ו - "VAV" (-nya) yang secara harfiah bermakna hari-harinya, bukan umurnya. Kata umur dalam bahasa Ibrani biasanya diterjemahkan dari kata בן - BEN yang juga berarti anak laki-laki.
kali ini dia beralasan bahwa Kejadian pasal 6 ayat 3 bukan membahas batas usia manusia melainkan saat-saat penghakiman dan pengadilan Allah atas kejahatan manusia karena menurutnya LAI salah menerjemahkan YADON di atas yang diterjemahkan "tinggal" seharusnya diterjemahkan "mengadili/menghakimi"...
lantas, siapa yang benar? LAI atau BP? yang jelas pada kenyataannya YADON memiliki arti harfiah "diskusi", "bincang-bincang", dan "mengobrol" (tidak ada yang benar antara LAI dan BP), namun memang ada kalimat ekspresi yang bermakna "mengadili" seperti itu (sama halnya dengan kata "oleh" dan "oleh-oleh")...
terserah BP mau menafsirkan seperti apa, tapi apakah penafsirannya itu sesuai? oh, rupanya dia translate copasan dari sini:http://debate.org.uk/topics/apolog/contrads.htm
lalu apakah penafsiran di situ sesuai juga? lagi-lagi pembenaran..
BP lupa dengan terjemahan KJV di bawah LAI: "And the LORD said, My spirit shall not always strive with man, for that he also is flesh: yet his days shall be an hundred and twenty years"
justru KJV menerjemahkannya berbeda lagi: to strive (berjuang, bekerja keras, menuntut, mengusahakan) - menuntut berbeda lho dengan mengadili...
Kejadian 6:3 ini berbicara tentang penghakiman dan pengadilan Allah atas kejahatan manusia, bukan tentang usia manusia ===>>> jika kita ganti kata "tinggal", Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanyamengadili/menghakimi di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja." ====>>> samakah maknanya seperti penafsiran BP?? darimana penafsiran "atas kejahatan" di atas? apakah dari Kisah Nuh? sinkronkah dengan ayat ini? manusia yang sudah dibekali akal pikiran dan ilmu silahkan menjawab dengan jujur!
membaca jawaban pendeta BP ini sangat menggelikan:
BP wrote:31. Umur Raja Ahazia, 2 RAJA-RAJA 8:26 VS 2 TAWARIKH 22:2.
Dalam 2 Raja-raja, umur Ahazia ketika naik raja TERTULIS: "22 tahun", TETAPI dalam 2 Tawarikh: "42 tahun".
JAWAB :
bla bla bla
Penafsiran pertama, Ahazia dilantik menjadi raja pada usia 22 tahun, baru menduduki takhta setelah ayahnya wafat, yaitu ketika ia berusia 42 tahun. Naskah Ibrani menulis bahwa Atalya adalah anak perempuan ( בת - 'BAT', bêt-tâv) dari Omri, raja Israel; padahal sebenarnya Atalya adalah anak perempuan Ahab [2 Raja-raja 8:18], putera Omri, sehingga Atalya adalah cucu perempuan Omri, namun dalam keluarga kerajaan, cucu sering disebut anak.
Penafsiran pertama di atas meragukan, karena jika Ahazia menduduki takhta pada usia 42 tahun setelah ayahnya wafat, terdapat perbedaan usia, Ahazia menjadi lebih tua 2 tahun daripada ayahnya. Yoram, ayah Ahazia menjadi raja pada usia 32 tahun, memerintah selama 8 tahun kemudian wafat (2 Tawarikh 21:5), berarti usia Yoram mencapai 40 tahun, tidak mungkin saat itu Ahazia berusia 42 tahun.
Andaikan Ahazia dilantik pada tahun 1900 maka:
Versi satu: ditinjau dari Ahazia, perhitungan maju
1900 Ahazia dilantik usia 22 tahun
1920 usia Ahazia 42 tahun, ayahnya wafat
Versi dua: ditinjau dari Yoram, perhitungan mundur.
1920 Yoram wafat
1912 Yoram mulai memerintah selama 8 tahun, usia 32 tahun
1900 Usia Yoram 32 - 12 tahun = 20 tahun.
Jika dipadukan versi satu dan dua maka di tahun 1900 Ahazia berusia 22 tahun, sedangkan ayahnya Yoram baru berusia 20 tahun...
BP berpendapat bahwa penafsiran ini salah karena tidak mungkin seorang anak lebih tua 2 tahun daripada ayahnya, tetapi BP beralasan bahwa terjadi kesalahan penyalinan ulang naskah Masoret... namun penulis Septuaginta menuliskan pada ayat Tawarikh di atas 22 tahun bukan 42 tahun seperti yang tertulis di naskah Masoret...
BP wrote:Ternyata Septuaginta menulis εικοσι - 'eikosi' (dua puluh) untuk kedua ayat tersebut di atas.
menurut BP, bahwa Septuaginta telah dengan tepat menuliskan 22 tahun... sebenarnya bukan Septuaginta yang telah tepat menyalin dan menerjemahkan Tanakh, tetapi karena harapan para Kristiani bahwa tidak ada kontradiksi dalam Alkitab...
2 Tawarikh 22: 2
בֶּן־אַרְבָּעִים וּשְׁתַּיִם שָׁנָה אֲחַזְיָהוּ בְמָלְכֹו וְשָׁנָה אַחַת מָלַךְ בִּירוּשָׁלִָם וְשֵׁם אִמֹּו עֲתַלְיָהוּ בַּת־עָמְרִי
ων εικοσι ετων οχοζιας εβασιλευσεν και ενιαυτον ενα εβασιλευσεν εν ιερουσαλημ και ονομα τη μητρι αυτου γοθολια θυγατηρ αμβρι
ארבעים = empat puluh (arba'iym)
εικοσι = dua puluh
2 Raja-raja 8: 6
בֶּן־עֶשְׂרִים וּשְׁתַּיִם שָׁנָה אֲחַזְיָהוּ בְמָלְכֹו וְשָׁנָה אַחַת מָלַךְ בִּירוּשָׁלִָם וְשֵׁם אִמֹּו עֲתַלְיָהוּ בַּת־עָמְרִי מֶלֶךְ יִשְׂרָאֵל
υιος εικοσι και δυο ετων οχοζιας εν τω βασιλευειν αυτον και ενιαυτον ενα εβασιλευσεν εν ιερουσαλημ και ονομα της μητρος αυτου γοθολια θυγατηρ αμβρι βασιλεως ισραηλ
עשרים = dua puluh ('esriym)
εικοσι = dua puluh
mengapa Septuaginta bisa menuliskan "εικοσι" pada Tawarikh sementara Masora menuliskan "arba'iym"?? mengapa penyalin Septuaginta yakin bahwa kalimat itu menulis 20 tahun? hal itu didasari atas peninjauan kembali ayat yang berkorelasi kemudian memainkan nalar bila ayat korelasi A dengan B lebih masuk akal yang B, maka ayat A disalin seperti B... lalu mengapa penulis Masoret tidak memakai metode para penulis Septuaginta? ini yang menjadi pertanyaan, apakah mereka tidak serius menyalin naskah suci?
BP memberikan dugaan demikian:
BP wrote:Penyalinan naskah asli secara turun-temurun meskipun seteliti mungkin, tidak luput dari kesalahan seperti aksara numeral במ - 'bêt-mêm', "empat puluh dua", menjadiבכ - 'bêt-kâf', "dua puluh dua". Ibarat, maaf, saat menyalin, jenggot sang penyalin jatuh di sebelah kiri huruf כ - 'kâf' yang bernilai dua puluh, maka jadilah huruf מ - 'mêm' yang bernilai empat puluh.
kali ini ucapan BP yang kontradiksi...
pertanyaan sederhana: APAKAH AYAT TAWARIKH DI ATAS MENULIS "BET MEM" (40)????
BP telah salah mengira bahwa tulisan Ibrani di ayat itu adalah "ARBA'IYM" (ארבעים) bukan "BET MEM" (במ) meskipun artinya adalah sama-sama empat puluh...
Bahasa Ibrani tidak mengenal aksara bilangan, oleh sebab itu dalam melambangkan angka, mereka memakai aksara huruf mereka...
misalnya, Bahasa Ibrani dari "satu" adalah "ekhad" (אחד), sedangkan angka "1" adalah "alef" (א)
Alkitab hanya memakai "angka" sebagai tanda nomor pasal dan nomor ayat tetapi isi dari Alkitab (ayat-ayatnya) tidak akan pernah kita temui "angka" melainkan "huruf"... sampai sini anda paham? silahkan anda cari ayat di Alkitab, tidak ada satupun ayat yang menulis "1, 2, 3, 4, 5" tetapi "satu, dua, tiga, empat, lima"...
dengan kata lain, tidak ada satupun ayat Tawarikh di atas menulis "bet mem", yang ada "arba'iym"...
lalu mungkinkah terjadi kesalahan penyalinan? seperti ucapan saya di post sebelumnya, jika hanya berbeda 1-2 huruf atau harakat saja, saya masih bisa mentolerir kesalahan itu meskipun sebenarnya saya tidak bisa mentolerir kesalahan pada naskah suci... lantas apakah ayat di atas hanya berbeda 1-2 huruf saja? TIDAK! berbeda jauh...
bandingkan:
אַרְבָּעִים
אַ = a (huruf alef dengan harakat patakh)
רְ = re - e di sini mati (huruf resy dengan harakat syeva)
בָּ = ba (huruf ba dengan harakat qamats dan bet dot atau dagesy)
עִ = 'i (huruf 'ayin dengan harakat hiriq)
י = y (huruf yod)
ם = m (huruf mem pesyuta)
dengan:
עֶשְׂרִים
עֶ = 'e (huruf 'ayin dengan harakat segol)
שְׂ = se - e di sini mati (huruf syin dengan harakat syeva dan syin dot atau dagesy)
רִ = ri (huruf resy dengan harakat hiriq)
י = y (huruf yod)
ם = m (huruf mem pesyuta)
sepintas terdapat 4 huruf yang sama ('ayin, resy, yod, dan mem pesyuta) dan 2 huruf yang berbeda (alef dan bet), ya, memang sepintas terlihat hanya berbeda 2 huruf saja, tapi sayangnya, sebenarnya hanya ada 2 huruf saja yang sama (baik secara hurufnya ataupun secara letaknya) yaitu yod dan mem pesyuta yang sebenarnya adalah bentuk jamak dari kata "arba'ah", tidak mempengaruhi akar katanya
orang awam pun bisa membedakan kedua kata ini berbeda jauh..
BP wrote:Kesalahan tulisan seperti ini deketahui oleh banyak pihak sejak dulu, namun keaslian salinannya tetap dijaga dan tidak diubah. Tidak ada orang Yahudi maupun Kristen yang terpengaruhi kepercayaannya gara-gara kesalahan sebuah salinan Kitab. Dalam beberapa peristiwa, justru bagian tertentu dari kitab suci dapat digunakan untuk mengkoreksi ssesuatu yang salah (misalnya 2 Raja 8:26 itulah). Justru perlu disimpulkan bahwa para penyalin ulang Alkitab yang bertanggung jawab telah membuat kejujuran yang paling terpercaya. Mereka, walau mengetahui kesalahan teks itu, tetap menulis apa adanya menurut keaslian yang mereka peroleh tanpa berani melakukan perubahan terhadap apa yang diduga bermasalah, yang untungnya kesalahan penulisan salinan itu tidak signifikan.
berarti penulis Septuaginta berani sekali merubahnya
hebat sekali bila orang yang menyalin tulisan Inggris "water" dari buku Inggris ke edisi terbaru yaitu "water", lalu ada orang yang menerjemahkan "water" menjadi "pelayan" karena anggapan tulisan seharusnya adalah "waiter" dan penerjemah Indonesia itu dianggap lebih baik daripada penyalin edisi terbaru dari Buku Inggris itu...
bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar