45 Argumen Allah Bukan Yesus:
Tanggapan 35:
* Matius 26:39
Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
Matius 26:39 menulis "Jikalau sekiranya mungkin", artinya ini dimungkinkan secara moral, sesuai dengan kehendak Bapa. "Biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku" Kunci memahami penderitaan Yesus Kristus terletak akan apa yang dimaksudkanNya dengan kengerian penyaliban. Selanjutnya nyawa Yesus hanya bisa diberikan secara sukarela (Yohanes 10:17-18). Makna "cawan" dalam hal ini merupakan kiasan dari murka Allah (bandingkan Mazmur 23:5). Dengan demikian penjelasan yang paling memuaskan mengenai cawan ini adalah mengaitkannya dengan murka Allah yang akan ditimpakan kepada Yesus Kristus pada saat Dia menjadi sang penanggung dosa manusia. Inilah konsekwensi dari dosa yang menyebabkan duka cita yang pahit yang akan ditanggung oleh Sang Penebus Dosa, yaitu Kristus yang benar-benar mengerti akan arti menanggung kesalahan umat manusia.
Sebagai yang diutus, Yesus dapat saja/ mungkin saja menolak penderitaan itu, tetapi Yesus dan Bapa adalah satu. Sang Bapa berkehendak mengutus Sang Anak menjadi jalan/ sarana pendamaian bagi manusia, maka semuanya jelas akan dilakukan dengan taat oleh Sang Anak sebagaimana dijelaskan pada frasa selanjutnya "Janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki". Sejak awal hingga akhir doa, Yesus Kristus secara sempurna menyerah kepada Bapa. Dan doa itu dijawab bukan dengan menyingkirkan cawan itu, tetapi dengan kekuatan diminumNya (Lukas 22:43), dan terutama melalui kebangkitan dari maut (Ibrani 5:7).
Yesus sebagai pihak yang diutus tunduk kepada pihak yang mengutus. Yesus Kristus tidak merasa hina untuk merendahkan diri-Nya (kenosis) melakukan pelayanan sebagai hamba. Inilah kesanggupan dari semangat Inkarnasi!
Quote:
35. Dalam Matius 26:39 ditunjukkan bahwa Yesus menyerah kepada kehendak Bapa. Dia berbuat bukan dengan kehendaknya sendiri, tetapi dengan kehendak Bapa. Jika Yesus adalah Allah, maka dia bebas untuk memilih sesuai apa yang dikehendakinya, bukan takluk kepada kehendak Bapa.
Tanggapan 35:
* Matius 26:39
Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
Matius 26:39 menulis "Jikalau sekiranya mungkin", artinya ini dimungkinkan secara moral, sesuai dengan kehendak Bapa. "Biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku" Kunci memahami penderitaan Yesus Kristus terletak akan apa yang dimaksudkanNya dengan kengerian penyaliban. Selanjutnya nyawa Yesus hanya bisa diberikan secara sukarela (Yohanes 10:17-18). Makna "cawan" dalam hal ini merupakan kiasan dari murka Allah (bandingkan Mazmur 23:5). Dengan demikian penjelasan yang paling memuaskan mengenai cawan ini adalah mengaitkannya dengan murka Allah yang akan ditimpakan kepada Yesus Kristus pada saat Dia menjadi sang penanggung dosa manusia. Inilah konsekwensi dari dosa yang menyebabkan duka cita yang pahit yang akan ditanggung oleh Sang Penebus Dosa, yaitu Kristus yang benar-benar mengerti akan arti menanggung kesalahan umat manusia.
Sebagai yang diutus, Yesus dapat saja/ mungkin saja menolak penderitaan itu, tetapi Yesus dan Bapa adalah satu. Sang Bapa berkehendak mengutus Sang Anak menjadi jalan/ sarana pendamaian bagi manusia, maka semuanya jelas akan dilakukan dengan taat oleh Sang Anak sebagaimana dijelaskan pada frasa selanjutnya "Janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki". Sejak awal hingga akhir doa, Yesus Kristus secara sempurna menyerah kepada Bapa. Dan doa itu dijawab bukan dengan menyingkirkan cawan itu, tetapi dengan kekuatan diminumNya (Lukas 22:43), dan terutama melalui kebangkitan dari maut (Ibrani 5:7).
Yesus sebagai pihak yang diutus tunduk kepada pihak yang mengutus. Yesus Kristus tidak merasa hina untuk merendahkan diri-Nya (kenosis) melakukan pelayanan sebagai hamba. Inilah kesanggupan dari semangat Inkarnasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar